Glamping Jadi Cara Baru Menikmati Alam
Beberapa tahun terakhir, glamping di Indonesia menjadi tren besar di dunia pariwisata, khususnya di kalangan anak muda. Glamping (glamorous camping) adalah konsep berkemah dengan fasilitas mewah seperti kasur empuk, kamar mandi dalam, listrik, hingga Wi-Fi, tapi tetap berada di tengah alam terbuka.
Dulu, wisata alam identik dengan tenda sederhana dan perlengkapan seadanya. Sekarang, wisatawan bisa menikmati udara pegunungan atau pantai tanpa harus repot membawa peralatan camping. Mereka tetap bisa “healing” dengan nyaman, bersih, dan instagramable.
Konsep ini menarik generasi muda yang ingin dekat alam tapi tidak mau melepas kenyamanan modern. Banyak destinasi glamping bahkan jadi spot favorit untuk konten media sosial karena desainnya yang estetik.
◆ Destinasi Glamping Favorit di Indonesia
Ada banyak lokasi populer untuk glamping di Indonesia yang kini digemari wisatawan muda:
-
Ciwidey dan Lembang (Jawa Barat): Glamping Lakeside Rancabali, Trizara Resorts, dan Legok Kondang Lodge.
-
Batu dan Malang (Jawa Timur): Oak Tree Glamping Resort dan Shanaya Resort dengan panorama pegunungan.
-
Ubud dan Tabanan (Bali): Sandat Glamping Tents dan Bali Beach Glamping di tepi sawah dan pantai.
-
Magelang (Jawa Tengah): De Loano Glamping dengan view Pegunungan Menoreh.
-
Lombok & Labuan Bajo: Menawarkan glamping eksotis di tepi pantai berpasir putih.
Lokasi-lokasi ini menawarkan paduan kemewahan, ketenangan alam, dan akses aktivitas outdoor seperti trekking, bersepeda, dan api unggun.
◆ Alasan Glamping Digemari Generasi Z
Ada beberapa alasan kenapa glamping di Indonesia semakin populer di kalangan anak muda. Pertama, karena kenyamanan. Mereka bisa menikmati alam tanpa ribet mendirikan tenda atau tidur di tanah dingin.
Kedua, karena tampilan visualnya menarik. Glamping didesain fotogenik sehingga cocok untuk konten Instagram atau TikTok, membuat pengalaman liburan terasa lebih “estetik”.
Ketiga, karena cocok untuk healing mental. Suasana alam yang tenang membantu melepas stres, sementara fasilitas mewah memastikan tubuh tetap nyaman dan rileks selama liburan.
◆ Dampak Ekonomi bagi Daerah Wisata
Tren glamping di Indonesia memberi dampak positif besar untuk ekonomi lokal. Banyak desa wisata mendapat tambahan pemasukan karena lahan mereka disewakan untuk glamping. Warga setempat juga direkrut sebagai staf, pemandu, atau penyedia kuliner lokal.
Selain itu, glamping memperpanjang masa tinggal wisatawan. Jika dulu wisatawan hanya berkunjung sehari, kini mereka menginap 2–3 malam, meningkatkan pendapatan penginapan, restoran, hingga transportasi lokal.
Pemerintah daerah juga mulai mendukung pembangunan glamping karena ramah lingkungan dan tidak merusak alam, berbeda dengan hotel beton besar yang membutuhkan pembangunan masif.
◆ Tantangan dalam Mengembangkan Glamping
Meski berkembang pesat, industri glamping di Indonesia masih menghadapi tantangan. Biaya menginap yang relatif mahal membuat pasar glamping terbatas pada kalangan menengah ke atas. Ini membuat okupansi sulit stabil di luar musim liburan.
Selain itu, banyak lokasi glamping berada di daerah terpencil dengan akses jalan buruk, listrik terbatas, dan sinyal internet lemah. Hal ini menyulitkan operasional dan menurunkan pengalaman pengunjung.
Tantangan lainnya adalah pengelolaan limbah. Karena berada di alam terbuka, fasilitas glamping harus menjaga kebersihan dan pengolahan sampah agar tidak merusak lingkungan.
Penutup
Glamping adalah bentuk evolusi pariwisata alam yang menggabungkan kenyamanan modern dan keindahan alam. Dengan pengelolaan berkelanjutan, glamping di Indonesia bisa menjadi magnet wisata unggulan yang mendongkrak ekonomi lokal tanpa merusak lingkungan.
Kesimpulan
-
Glamping makin populer di kalangan wisatawan muda Indonesia.
-
Lokasi favorit: Lembang, Ciwidey, Ubud, Malang, Lombok, Labuan Bajo.
-
Dampaknya: tingkatkan ekonomi lokal dan masa inap wisatawan.
-
Tantangannya: harga tinggi, akses sulit, dan pengelolaan limbah.